Kisah Kakek Syafaruddin pekerja bengkel motor yang berusia 64 tahun dengan tekad dan yakin mengayuh sepedanya 15 Kilometer selama 1,5 jam menuju tempat pelayanan vaksin di suatu mall di Makassar untuk Vaksinasi pada akhir Juli 2021 kemarin, sungguh menggugah dan menantang masyarakat waras dibumi Nusantara.

Bermodal keyakinan dan kesadaran sendiri sekalipun tidak paham harus seperti apa prosedurnya. Kakek Syaf hanya yakin, bahwa dengan Vaksinasi dia tidak akan menularkan kepada orang lain. Kisah ini sempat diwawancarai Pak Budi/ Menkes RI yang memberikan ucapan selamat dan mendorong yang lain untuk segera Vaksinasi.

Kisah ini mungkin salah satu, dari ribuan kisah “jihad” orang-orang yang peduli kesehatan dan tahu cara tepat untuk menundukkan sebaran virus Covid-19.

BERITA DUKA BERSELIWERAN

Semakin hari semakin sering kita mendapat khabar duka, baik yang terinfeksi sehingga harus isolasi dan tidak bisa beraktivitas, sebahagian lagi harus dirawat dan sebagian diantaranya butuh penanganan darurat (ICU). Semula semua berjalan biasa-biasa saja. Apalagi kecepatan pelayanan kesehatan di Fasilitas Kesehatan Rujukan yang ditunjuk untuk penanganan kasus Covid-19, menunjukkan prestasi yang gemilang, sehingga angka kematian pernah menyentuh diatas 90% atau diatas rata-rata sembuh kasus global.

Kini keadaan berubah drastis. Keadaan memburuk. Semua indikator kita lebih rendah dari Negara lain yang terinfeksi, bahkan jumlah pertambahan kasus dan kematian perhari sering menjadi yang tertinggi di dunia, melampaui 3 epicentrum terdahulu seperti China, Amerika Serikat dan India.

Sirene ambulans semakin sering terdengar disana sini. Berita Sakit terinfeksi dan kematian semakin sering terdengar. Dulu terdengar jauh, kini begitu dekat dari  tempat tinggal kita. Yang terinfeksi sudah bagai tak acak, tetapi massif menginfeksi rekan sekantor (menjadi kluster kantor), menginfeksi masyarakat desa (menjadi kluster Desa). Bahkan terdengar khabar keluarga yang terinfeksi (menjadi kluster rumah), sehingga banyak yang dirawat, banyak yang di isolasi dan tidak sedikit yang meninggal.

PANDEMI ATAU WABAH PENYAKIT BUKAN YANG PERTAMA DI DUNIA

Sejak abad ke-5 terjadi Pandemi Virus Justinian Plaque yang mengenai kawasan Afrika dan Eropah. Ada pandemic Black death pada abad ke-14. Sejak Abad 19 eskalasi Virus semakin meningkat dalam jumlah, luas dan fatalitasnya.

Pada tahun 1852-1860 (8 tahun) terjadi pandemik Kolera yang mendera Asia, Eropah, Amerika Utara dan Afrika. Berikutnya terjadi Pandemi Flu Spanyol (1918- 1919) yang menewaskan sampai 200 juta manusia, Flu Asia (1956-1958), Flu Hongkong (1968-1970), HIV/Aids 1980-sekarang), SARS (2002-sekarang), Flu Babi (2008-2010), Ebola (2014-2016) hingga Pandemi ke-11 virus Covid-19 yang berlangsung sejak dinyatakan WHO Maret 2020 hingga sekarang.

Ada 2 wabak (wabah) yang pernah terjadi di zaman nabi Muhammad SAW. Wabah pertama kali dikenal dengan nama wabah Syirawaih. Kemudian siklus wabah kembali menjangkit dunia Islam dikenal dengan nama Tha’un Amawas yang menyebar di daerah Syam (tempat turun agama Yahudi, Nasrani dan Islam) hingga ke Irak pada masa khalifah Umar bin Khattab pada tahun 17-18H/638-639 M, menyebabkan 25.000 orang meninggal dunia. Banyak jenazah korban yang tidak sempat di kuburkan menjadi salah satu faktor menyebarnya wabah Thaun Amawas.

Masyarakat tidak lagi pada tempatnya untuk menyerahkan sepenuhnya pada Pemerintah untuk membuat Kebijakan mulai dari PSBB, PPKM Makro-Mikro, hingga PPKM Darurat hingga PPKM Leveling, yang boleh jadi sebahagian masyarakat tak dapat membedakan dan memahaminya.

Badan Pusat Statistik pada 13-20 Juli melakukan Survei Perilaku Masyarakat pada Masa Pandemi Covid-19 (SPMPMPC-19) secara daring (online) dengan sampel lebih 212.000 orang, dimana sampal tinggal di Jawa-Bali sebanyak 71,3%. 55,9% mereka berpendidikan Sarjana (DIV-S3).

Ada 4 dari 7 ringkasan hasil yang perlu dicermati dan sekaligus diwaspadai :

  1. Kepatuhan responden terhadap protokol kesehatan secara umum sudah cukup baik. Namun, beberapa perilaku responden masih perlu mendapatkan perhatian, seperti kurang patuh menghindari kerumunan (22%), cuci tangan dengan sabun/sanitizer (25%), dan menjaga jarak minimal 2 meter (33%).
  2. Sebagian besar responden menilai kepatuhan dirinya menjalankan protokol kesehatan sudah cukup baik, tetapi responden menilai bahwa tingkat kepatuhan masyarakat masih sangat rendah, khususnya melaksanakan 3 M
  3. Kesadaran masyarakat dalam mengikuti program vaksinasi sudah cukup baik, tetapi masih terdapat sebagian orang yang khawatir dengan efek samping dan tidak percaya efektivitas vaksin (20% responden belum divaksin).
  4. Mayoritas penduduk merasa jenuh/sangat jenuh selama PPKM diberlakukan (60% Responden).

VAKSINASI PILIHAN RASIONAL DAN RAMAH DALAM CEGAH WABAH

Kita sudah mengenal banyak Vaksin dan sudah digunakan selama ini dalam program pelayanan dasar baik melalui Puskesmas maupun Posyandu, seperti Vaksinasi (Imunisasi aktif) Polio untuk cegah Lumpuh layuh, Vaksinasi DPT untuk cegah Batuk Rejan/Panjang, Vaksinasi BCG untuk cegah TBC, Vaksinasi Hepapatitis, Vaksinasi Meningitis yang diwajibkan untuk perjalanan ke Luar Negeri dan paling sering kepada para Calon jemaah Umroh dan Haji ke Arab Saudi, dll.

Vaksinasi Covid-19 mulai digunakan di Indonesia pada 13 Januari 2021 dimana Bapak Presiden Jokowi berkenan sebagai orang Indonesia pertama yang di Vaksinasi Covid-19 dari target 181,5 juta Sasaran orang usia diatas 18 tahun atau 363 juta Vaksinasi lengkap (Dosis 1 dan dosis 2).

Sejak awal dicanangkan Vaksinasi 1 juta perhari agar persis Setahun sudah tercapai Herd-Immunity *kekebalan Komunitas pada Februari 2022. Kini sudah 200 hari kegiatan Vaksinasi, seharusnya sudah tercapai 200 juta total Vaksinasi (54,5%), atau 48,7% jika target baru dengan masuknya Vaksinasi anak usia 11-17 tahun, karena jumlah sasaran bertambah menjadi 208,2 juta orang atau 416,5 juta vaksinasi lengkap (2 dosis).

Kenyataannya pada 1 Agustus 2021, vaksinasi Dosis-1 mencapai 47,5 juta (22,84%) dan Dosis-2 mencapai 20,7 juta (9,94%). Artinya masih 23 dari 100 penduduk sasaran vaksinasi yang sudah mendapat Dosis-1. Capaian ini masih jauh dari harapan. Sukses Vaksinasi hanya dicapai pada kelompok Tenaga kesehatan yang mencapai 108,8%, bahkan sejumlah orang tenaga kesehatan sudah dimulai dengan Vaksinasi ke-3 sebagai booster.

Yang memprihatinkan sejak awal, adalah Vaksinasi untuk kelompok Usia lanjut (Lansia) yang ditempatkan pada kelompok prioritas berjalan sangat lambat, dimulai sejak 13 januari dan diharapkan tuntas 21,5 juta pada akhir Juli 2021, ternyata hingga 31 Juli capaian Dosis-1 baru 4.852.390 orang (22,51%), dan dosis-2 tercapai 3.180.403 orang (14,76%).

Ini kondisinya sudah nyaris mengerahkan semua potensi Nasional dan Masyarakat. Panglima TNI dan Kapolri sudah diperintahkan Presiden (seperti yang disampaikan Menko Maninvest) sudah dikerahkan untuk melakukan Program “Serbu Vaksin”. Dewan Masjid Indonesia (DMI) dipimpin langsung Pak Jusuf Kalla menggerakkan kegiatan “Masjid Sentra Vaksinasi” yang dimulai pencanangannya dari Kota Depok bersama Wamenkes RI awal April 2021.

Sementara itu banyak Negara capaian Vaksinasi sudah diatas Indonesia. Beberapa Negara sudah diatas 50% pada akhir Juli 2021 seperti Amerika Serikat, Jerman, Inggris, Italy, Spanyol, Canada, Chili dll.

JIHAD YANG PERLU KITA LAKUKAN UNTUK MENGENDALIKAN COVID-19

Kata “Jihad” digunakan penulis untuk mengajak kita semua bahwa sudah saatnya kita punya sikap yang tegas dengan ikhtiar atau usaha yang tepat untuk dilakukan dan diyakini bisa mengendalikan atau menghentikan Pandemi Covid-19 di Indonesia.

Kisah Syarifuddin dan jutaan lansia lainnya, seharusnya menjadi contoh bagi lansia dan seluruh masyarakat yang belum melakukan Vaksinasi.

Nabi Muhammad SAW, sangat mengapresiasi mereka yang rela berkorban dalam IKHTIARnya untuk menghindari diri dari penularan atau menularkan Wabah, yang didalam Haditsnya disetara seperti pahala orang yang mati syahid (HR.Ahmad).

Dari peristiwa Wabah Tha’un Amawas yang dialami Khalifah Umar bin Khattab abad 17-18H/ Tahun 638-639 M seorang sosiolog Rice University di Amerika Serikat Prof.DR.Craigh Considine, yang juga influencer dan jurnalis pada beberapa media kelas dunia seperti Newsweek, Washington Post dan banyak lagi, menemukan cara atau Ikhtiar yang diberikan Nabi Muhammad SAW kepada Ummat manusia.

Kekagumannya kepada nasehat-nasehat (maksudnya Hadits) Nabi justru tidak bertumpu pada Doa, tetapi dimulai dari IKHTIAR atau usaha. Craigh Considine mengingatkan akan kisah unta orang Badui, dalam hadits yang diriwayatkan Imam Tirmidzi. "Pertimbangkan kisah berikut. Suatu hari, Nabi Muhammad melihat seorang lelaki Badui meninggalkan untanya tanpa mengikatnya. Dia (Nabi Muhammad) bertanya kepada orang Badui tersebut, 'Mengapa tidak engkau ikat untamu?' Orang Badui itu menjawab, 'Aku menaruh kepercayaan (tawakal) kepada Tuhan. 'Sang Nabi pun kemudian bersabda, 'Ikat dulu untamu, baru kemudian tawakkal/percayakan kepercayaanmu kepada Tuhan'."

Sangat jelas, setiap peristiwa dialam semesta, baik ataupun buruk adalah Ujian dari Sang Pencipta, termasuk Pandemi Covid-19. Didalam pandemi ini manusia harus menemukan “pesan ilahyah” yang dapat mengangkat derajat manusia dari hamba Allah yang Khaafids (merendahkan) menjadi hambaNya yang Muhaimin (Memelihara) dan Asy-syakuur (Mensyukuri) dengan bimbingan Allah Ar-Rasyiid (Yang Maha memberi Petunjuk).

Pada bahagian Surat Ar-Rad ayat 11 Allah SWT berfirman, “Innallaaha laa yughayyiru maa biqaumin hattaa yughayyiruu maa bi anfusihim” yang artinya : “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri”.

Semangat ummat untuk mengendalikan Covid-19 didorong Al Qur'an Surat Al­Insyirah Ayat 5-6, dimana Allah SWT berfirman yang artinya : “Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan”.

Masyarakat, termasuk Tokoh dan para Alim Ulama serta Ahli agama lainnya, perlu menyadari sepenuhnya bahwa efektivitas pelaksanaan PSBB maupun PPKM apapun levelnya sangat bergantung pada perilaku dan komitmen masyarakat.

Tanpa kedisiplinan dalam penerapan protokol kesehatan 3M dan Vaksinasi, penyebaran virus Covid-19 sangat sulit dikendalikan.

AYOO VAKSINASI..

Sumber :
Dr.Abidinsyah Siregar