Caregiver profesional adalah sebuah pekerjaan atau profesi yang tentu mendapatkan kompensasi gaji. Di luar negeri, profesi ini sangat dibutuhkan dalam melakukan pendampingan perawatan non medik logis secara umum. Perawatan lansia, misalnya, sudah lazim diserahkan pada caregiver dengan kompensasi upah professional. Indonesia, berkaitan dengan budaya ketimuran, menyerahkan perawatan lansia pada lembaga atau pihak lain adalah bagian dari ketabuan.

Kepercayaan masyarakat ketimuran terhadap upaya berbakti pada orang tua, dalam hal ini merawat orang tua di masa tuanya, masih memiliki nilai yang tinggi dan seolah mendapatkan sanksi sosial jika upaya itu tidak dilakukan oleh seorang anak. Sanksi sosial paling sederhana adalah digunjing orang lain dan dinilai anak durhaka.

Dalam kaca mata obyektif, nilai bakti kepada orang tua tidak bisa diverifikasi hanya dengan kerelaan seseorang melakukan usaha perawatan mandiri di rumah. Masih segar di ingatan kita, seorang ibu yang dikirim ke panti rehabilitasi lansia, mendapat kecaman dari netizen dan beberapa kelompok masyarakat.

Tentu ini adalah tuduhan subyektif yang miskin dasar. Budaya masyarakat ketimuran yang berkencenderungan berpikir normatif, sering berpotensi menanggalkan peluang berkembangnya dimensi berpikir yang lebih luas. Jika ini terjadi pada sebagian besar masyarakat, akan menjadi dasar semu yang bersifat keumuman dan akhirnya diikuti banyak kalangan.

Sejauh ini caregiver di Indonesia belum begitu popular, karena tugas itu dihandle oleh keluarga. Caregiver keluarga tentu tidak memiliki kompetensi dasar idealnya caregiver karena upaya ini lebih di dasarkan pada tanggung jawab moral bukan professionalitas perawatan, sebisanya dan semampunya. Ada kalanya saat di titik puncak kejenuhan, tugas perawatan itu bisa dilepas. Ini terjadi pada mereka penyandang kesehatan mental yang idealnya didampingi oleh caregiver profesional, justru dipegang oleh keluarga sendiri yang tidak mendapat pelatihan perawatan non medis logis.

Kesalahan-kesalahan sangat lazim terjadi. Pergolakan mental pasien juga menjadi ujian tersendiri bagi caregiver keluarga. Akhirnya, pada kalangan tertentu hingga terjadi penelantaran. Di sinilah kemudian relawan muncul, menciptakan jembatan untuk mempermudah akses pada pelayanan yang semestinya.      

Meskipun terbilang belum terlalu menjadi trending dan popular, tidak bisa dipungkiri, profesi caregiver mulai dilirik. Khususnya kalangan menengah ke atas yang sudah memahami pentingnya edukasi kesehatan, kehadiran perawatan berbasis home care ini  sangat membantu. Di satu sisi, dengan adanya caregiver jauh lebih menguntungkan dari pada menitipkan lansia di panti wredha, karena keluarga tetap dapat mengawasi langsung. 



 

Sumber :
CeFas dari berbagai sumber