Berdasarkan Proyeksi Penduduk Indonesia 2020 - 2050 mencatat pertumbuhan penduduk rata-rata sebesar 0,67 per tahunnya, angka ini melambat terus setiap tahun. Proporsi penduduk usia 0-14 tahun turun dari 24,56% pada 2020 menjadi 19,61% tahun 2045. Sementara penduduk usia 65 tahun ke atas naik dari 6,16% menjadi 14,61% pada tahun 2045 (Bappenas dan BPS, 2023). Susenas Maret 2022 dalam Hasil Statistik Penduduk Lanjut Usia (Lansia) tahun 2022 menunjukkan bahwa penduduk berusia 60 tahun keatas sebanyak 10,48 persen. Tidak hanya penduduk lansia usia 60 tahun keatas yang mengalami peningkatan, usia harapan hidup penduduk lansia tua (80 tahun ke atas) juga akan mengalami peningkatan hingga mencapai 426 juta pada tahun 2050 (Statistik Penduduk Lanjut Usia, 2022). Semakin meningkatnya persentase lansia di Indonesia, maka rasio ketergantungan lansia mengalami peningkatan juga yaitu pada tahun 2022 rasio ketergantungan lansia sebesar 16,09 persen atau 100 penduduk lansia produktif menanggung 16 lansia. Dengan kata lain, 1 penduduk lansia ditanggung oleh 6 penduduk usia produktif.

Semakin bertambah usia seseorang semakin banyak mengalami permasalahan fisik, mental, spiritual, ekonomi dan sosial. Salah satu permasalahan yang sangat mendasar pada lanjut usia adalah masalah kesehatan akibat proses degeneratif, hal itu ditunjukkan melalui data pola penyakit pada lanjut usia. Penyakit menular yang paling banyak diderita lansia antara lain seperti ISPA, diare, dan pneumonia. Sedangkan penyakit tidak menular yang paling banyak diderita oleh lansia yaitu hipertensi, masalah gigi, penyakit sendi, masalah mulut, diabetes mellitus, penyakit jantung dan stroke (Riskesdas, 2018). Sementara itu, penyakit tidak menular yang  banyak diderita oleh lansia tersebut juga memiliki hubungan langsung dengan gangguan kognitif pada lansia, misalkan hipertensi yang membuat deteksi dan manajemen dini faktor-faktor tersebut sangat krusial dalam mencegah gangguan kognitif dan penurunan kualitas hidup lansia (Turana Y., dkk, 2019).

Lansia Tangguh adalah seseorang atau kelompok Lansia yang tetap sehat (secara fisik, sosial, dan mental), mandiri, aktif, dan produktif. Sejalan dengan Stranas kelanjutusiaan, sistem pelayanan ramah lansia yang mencakup tujuh dimensi (spiritual, intelektual, emosional, fisik, sosial, vokasional dan lingkungan) merupakan indikator visi Stranas kelanjutusiaan dari lansia sejahtera, yaitu adanya peningkatan kesehatan, produktivitas dan kenyamanan lansia. Kegiatan yang dikembangkan oleh BKKBN di lingkungan masyarakat terkait isu kelanjutusiaan adalah kelompok kegiatan Bina Keluarga Lansia (BKL). BKL dapat menjadi wadah bagi keluarga lansia dan para lansia untuk mewujudkan Lansia Tangguh (sehat, aktif, produktif, dan mandiri) melalui 7 Dimensi Lansia Tangguh dengan kegiatan-kegiatan yang dilakukan di kelompok

Salah satu Dimensi Lansia Tangguh yang memberikan pengaruh besar terhadap kehidupan lansia, adalah Dimensi Fisik. Beberapa cara yang dapat dilakukan keluarga dengan Lansia dalam upaya meningkatkan kualitas hidup lansia, antara lain:

  1. Melakukan kontrol kesehatan secara rutin, keluarga sebaiknya melakukan kontrol kesehatan bagi lansia minimal 1 (satu) bulan sekali, baik ke posyandu lansia maupun ke puskesmas terdekat Kehidupan rohani (spiritual)
  2. Pemenuhan nutrisi pada lansia
  3. Tidur yang cukup dan nyenyak
  4. Melakukan senam otak (intelektual)
  5. Menjaga kebersihan badan termasuk gigi dan mulut
  6. Melakukan rehabilitasi bagi lansia yang membutuhkan rehabilitasi

Menjadi tua adalah proses seumur hidup yang tidak bisa dihindari, kepedulian akan kualitas hidup lansia merupakan kewajiban kita bersama.

Isi naskah artikel yang dimuat pada Golantang seluruhnya menjadi tanggungjawab penulis atau di luar tanggungjawab panitia