Sistem Imun dan Proses Penuaan

Daya tahan tubuh lansia cenderung mengalami penurunan secara alami akibat adanya proses penuaan yang dikenal dengan istilah immunesanescence. Efek penuaan pada sistem kekebalan termanifestasi pada berbagai tingkatan yang mencakup penurunan produksi sel B dan T di sumsum tulang dan timus serta berkurangnya fungsi limfosit matang di jaringan limfoid sekunder. Akibatnya, orang lanjut usia tidak menanggapi tantangan kekebalan sekuat orang yang berusia lebih muda. Disamping itu, lansia juga pada umumnya mengalami beberapa penyakit penyerta seperti Hiperrtensi, Diabetes, yang juga meningkatkan terjadinya inflamasi kronik. Disamping itu asupan makanan yang kurang baik juga dapat memicu menurunnya sistem imun lansia.  Akibatnya lansia akan dengan mudah mengalami hal-hal berikut ini : 

  • Peningkatan  risiko infeksi
  • Peningkatan risiko kanker
  • Peningkatan risiko  penyakit autoimun
  • Penurunan respon terhadap imunisasi
  • Penurunan respon terhadap pengobatan infeksi

Oleh karenanya diperlukan upaya-upaya meningkatkan daya tahan tubuh lansia dengan cara sebagai berikut. 

Jaga Pola makan sehat & Berhenti merokok 

 

Konsumsi makanan bergizi seimbang sangat berperan dalam meningkatkan daya tahan tubuh lansia, dan dapat mencegah sarkopenia yang berimplikasi pada frailty/kerentanan pada lansia. Berhenti merokok, merupakan cara bijaksana meningkatkan daya tahan tubuh. Sebab rokok merupakan sumber radikal bebas, dan rokok dapat merusak sisitem imun.

Vitamin D dan Kalsium 

didapatkan terutama dari paparan terhadap UV B pada sinar matahari . Sebagian kecil didapatkan dari makanan. Vitamin D bermanfaat untuk meningkatkan penyerapan Kalsium dan Fosfor di saluran pencernaan meningkatkan penyerapan ulang/reabsorbsi Kalsium dam Magnesium, menurunkan resistensi insulin (Diabetes tipe 2, Menurunkan aktivitas RAAS yang berhubungan dengan tekanan darah, meningkatkan diferensiasi sel imun adaptif Sel T. Vitamin D diperoleh dari cahaya matahari, ikan, jamur, kuning telur. Kalsium dapat diperoleh dari keju, susu, tempe, tahu, sayuran, buah-buahan.

Aktivitas fisik 

Dalam 1 minggu setidaknya 150 menit aktivitas aerobik tingkat sedang ATAU, 75 menit aktivitas aerobik berat ATAU, ekuivalen dari kombinasi keduanya Tiap sesi olahraga tersebut berlangsung minimal 10 menit. Lansia dengan gangguan gerakan : aktivitas fisik setidaknya 3 kali seminggu sebaiknya dilakukan untuk meningkatkan keseimbangan tubuh dan menghindari jatuh. Aktivitas fisik yang melibatkan otot otot besar di tubuh : otot tangan , dada, paha , setidaknya 2 kali seminggu. Lakukan aktfitas fisik dengan tetap menerapkan protokol kesehatan.

Tidur yang cukup 

Saat tidur tubuh memproduksi sel T yang merupakan bagian dari imunitas tubuh sel T akan berikatan dengan ICAM 1 pada darah yang akan merespon terhadap infeksi. Pada orang dengan kurang tidur kurang dari 6-8 jam sehari, Sel T tidak dapat menempel pada ICAM 1 sehingga respon tubuh terhadap infeksi menurun. Peningkatan hormon pro inflamasi seperti adrenalin dan prostaglandin yang menurunkan kemampuan melekatnya sel T terhadap ICAM 1

Hindari stres

Stress pada umumnya meningkatkan produksi kortisol namun pada usia lanjut proses terbentuknya kortisol berlangsung terus menerus. Kortisol dapat mengakitvasi sistem imunitas di tubuh namun karena dirangsang terus menerus terjadi resistensi sistem imunitas di tubuh sehingga meningkatkan produksi sitokin pro inflamasi

Imunisasi Lansia.

Lakukan imunisasi pada lansia untuk membantu mencegah beberapa penyakit menular yang dapat dcegah dengan imunisasi. 

Sumber referensi: 

  1.  Prof. Siti Setiati, Upaya  Meningkatkan Daya Tahan Tubuh Lansia, Webinar HALUN CeFAS Urindo Juni 2020
  2. Boedhi-Darmojo. Buku Ajar Boedhi Darmojo: Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut)Edisi 5. 5th ed. Depok: Badan penerbit Universitas Indonesia, 2014.
Sumber :
Ditulis oleh Susiana Nugraha