Tinjauan Dimensi Profesional Vokasi Mengenal Lebih Jauh Lansia Tangguh Oleh : Muhammad Yuniarso, S.E., M.A.P. Penyuluh KB Madya Kec. Gantiwarno, Klaten Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta perbaikan sosial ekonomi berdampak pada peningkatan derajat kesehatan masyarakat dan usia harapan hidup, sehingga jumlah populasi lansia juga meningkat. Pasal 1 UU No. 13 Th. 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, yang dimaksud dengan lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun (enam puluh) tahun keatas. Berdasarkan data BPS 2022, Pada tahun 2022, proporsi lansia mencapai mencapai 10,48 persen. Rasio ketergantungan lansia sebesar 16,09 persen, hal ini menandakan bahwa 100 penduduk usia produktif (15-59 tahun) menanggung 16 penduduk lansia Berdasarkan data Statistik Penduduk Lanjut Usia tahun 2022, 29,80% rumah tangga dihuni oleh lansia. Artinya ada 3 diantara 10 rumah tangga yang anggotanya lansia. Dari data tersebut, Indonesia sudah memasuki fase ageing population (struktur penduduk menua). Diperkirakan pada tahun 2045 jumlah penduduk lansia akan mencapai seperlima dari total penduduk Indonesia atau dapat diartikan 1 dari 5 penduduk di Indonesia adalah penduduk lanjut usia (BKKBN, 2023). Hal ini karena gencarnya pembangunan kesehatan dan sosial ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia, sehingga usia harapan hidup penduduk Indonesia mengalami peningkatan. Peningkatan jumlah penduduk lansia ini akan membawa dampak terhadap berbagai kehidupan. Lansia dan Ketergantungan Jumlah lansia yang banyak dapat dimaknai sebagai keberhasilan pembangunan dibidang kesejahteraan sosial dengan indikator bertambahnya usia harapan hidup. Disisi lain hal itu juga menghadirkan tantangan mengenai angka ketergantungan hidup dan berkorelasi dengan beban ekonomi yang ditanggung penduduk usia produktif untuk membiayai penduduk lansia. Ketergantungan lansia ini disebabkan oleh kemunduran fisik, psikis, dan sosial lansia yang dapat digambarkan melalui empat tahap, yaitu kelemahan, keterbatasan fungsional, ketidakmampuan, dan keterhambatan yang akan dialami bersamaan dengan proses kemunduran akibat proses menua. Demikian juga secara ekonomi saat ini biaya tahunan untuk perawatan kesehatan lansia cukup tinggi. Biaya ini semakin meningkat apabila usia harapan hidup bertambah. Lanjut usia sering dikaitkan dengan usia yang sudah tidak produktif, bahkan diasumsikan menjadi beban bagi yang berusia produktif. Hal ini terjadi karena pada lansia secara fisiologis terjadi kemunduran fungsi-fungsi dalam tubuh yang menyebabkan lansia rentan terkena gangguan kesehatan. Lansia Potensial Lansia merupakan sebuah siklus hidup manusia yang hampir pasti dialami setiap orang. Kenyataan saat ini, setiap kali menyebut kata ‘lansia’ yang terbersit di benak kita adalah seseorang yang tidak berdaya, dan memiliki banyak keluhan kesehatan. Padahal lansia sebenarnya dapat berdaya sebagai subyek dalam pembangunan. Pengalaman hidup, menempatkan lansia bukan hanya sebagai orang yang dituakan dan dihormati di lingkungannya, tetapi juga dapat berperan sebagai agen perubahan ( agent of change ) di lingkungan keluarga dan masyarakat sekitarnya dalam mewujudkan keluarga sejahtera, dengan memanfaatkan pengalaman yang sudah dimiliki dan diperkaya dengan pemberian pengetahuan yang sesuai. Para lansia bahkan sering tidak menyadari bahwa lemahnya kekuatan fisik bukan berarti semangat untuk terus berkarya juga ikut melemah. Kendati seorang lansia tidak cekatan bekerja seperti dulu, bukan berarti ia tidak dapat berbuat apa-apa lagi. Bahkan para lansia pun masih bisa berkarya dalam hidupnya. Bagi para kaum lansia, kelemahan fisik dapat dijadikan tantangan untuk membangkitkan kekuatan batin dan kreatifitas mereka. Meskipun sudah memasuki usia senja, hendaknya jiwa tetap muda. Karena kekuatan dan potensi dalam diri seseorang dapat muncul justru ketika ia memasuki masa lansia. Bahkan banyak karya-karya kreatif yang lahir justru pada masa lansia. Myron J. Taylor dalam ( Aswandi, 2021) mengatakan, ‘Muda atau tua tidak tergantung pada tanggal dalam satu masa, tetapi tergantung pada keadaan jiwa. Tugas kita bukan menambah usia pada kehidupan, melainkan menambah kehidupan pada usia’. Perhatikan, banyak anak muda ( millennial ) tanpa karya dan prestasi, demikian sebaliknya tidak sedikit anak muda ( start up ) sudah mencapai prestasi luar biasa jauh mendahului usianya. Dan tidak sedikit pula mereka yang sudah dewasa dan berpendidikan tinggi, namun tidak memiliki prestasi, tidak menampik pula bahwa banyak orang dewasa dan berpendidikan tinggi memiliki prestasi. Sekali lagi, fakta berkata bahwa untuk berprestasi tidak memandang usia. Janganlah usia menjadi jawaban pembenar untuk memberi pembelaan bagi yang tidak mau dan malas bekerja. Berikut ini kami kemukakan beberapa contoh tokoh yang mencapai prestasi puncak pada lanjut usia antara lain : Copernicus, Louis Pasteur, Pablo Picasso, Sun Yat Sen, Kolonel Sanders dan masih banyak lagi. Banyak kita saksikan dengan memanfaatkan kemajuan teknologi, para lansia masih aktif melakukan mentor dalam pendidikan dan ketrampilan. Billi Lim ( 2014 ) dalam bukunya ‘Dare to Fail’ mengemukakan bahwa terdapat 66% prestasi puncak dicapai oleh para lanjut usia (lansia), sementara hanya 34% prestasi puncak diperoleh oleh mereka berusia kurang dari 60 tahun. Memasuki fase kehidupan berikutnya bagi seseorang adalah tantangan dan peluang yang harus dilalui dalam tugas perkembangan sejak bayi hingga lanjut usia. Pandangan bahwa orang lanjut usia (lansia) sudah tidak produktif lagi adalah hal yang keliru (kurang tepat). Artinya para lansia merupakan pribadi yang potensial. Menurut teori perkembangan Erickson lansia seharusnya sudah berada di fase integritas diri dengan banyak pengalaman hidup, puas dengan kehidupannya serta mampu bertindak bijak ( compassion ). Saat ini di Indonesia banyak orang lansia masih aktif bekerja sebagai penanggung jawab keuangan keluarga. Banyak lansia yang sudah pensiun dari pekerjaan formal sebelumnya masih tetap aktif bekerja di tempat lain ataupun menekuni hobi yang sebelumnya tidak sempat dilakukan seperti melukis, berkebun, rekreasi, memasak, dan sebagainya. Mencari uang semata - mata tidak lagi menjadi tujuan utama, namun lebih untuk mencari kegiatan yang disenangi (mengisi waktu luang) agar hidup menjadi lebih bermakna bagi diri sendiri maupun orang di sekitar. Jadi pengelompokan lansia ‘potensial’ dan ‘non potensial’ sepertinya kurang pas karena setiap orang lansia tentunya mempunyai potensi yang unik sesuai dengan kecakapan, pribadi dan pengalamannya. Mendefinisikan lansia potensial dengan lansia yang masih bekerja (berpenghasilan) adalah suatu hal yang sangat berorientasi materialistik. ( Martina, 2019). Menjadi Lansia Tangguh Dimensi Profesional Vokasional Lansia Tangguh adalah seseorang atau kelompok Lansia yang tetap sehat (secara fisik, sosial, dan mental), mandiri, aktif, dan produktif (BKKBN, 2023). Lebih lanjut menurut WHO ( 2002 ), kata ‘aktif’ berarti penduduk Lansia tetap berpartisipasi dalam kegiatan sosial, ekonomi, budaya, spiritual dan kegiatan - kegiatan kemasyarakatan lainnya dan bukan berarti hanya kemampuan untuk aktif secara fisik serta berpartisipasi dalam angkatan kerja semata. Konsep aktif dan produktif bertujuan meningkatkan umur lansia dalam keadaan sehat dan kualitas hidup yang prima. Pengertian sehat berarti sehat secara fisik, mental, dan social. Lansia yang telah pensiun dari pekerjaannya pun dapat tetap berpartisipasi aktif baik dalam keluarga, masyarakat maupun negara dengan berbagai cara. Lansia Tangguh dipandang dari Dimensi Profesional Vokasional dapat diartikan sebagai Lansia yang memiliki banyak kelebihan, baik dari sisi kemampuan maupun kesempatan yang dapat dikembangkan untuk meningkatkan kualitas diri dan hidupnya. Lansia tersebut antara lain bercirikan : benar-benar ahli di bidangnya dan mengandalkan keahliannya tersebut sebagai mata pencahariannya, mampu menguasai ilmu pengetahuan secara mendalam, mampu melakukan kreatifitas dan inovasi atas bidang yang ditekuninya, selalu berfikir positif dengan menjunjung tinggi etika dan integritas (tanggung jawab dan kejujuran) profesi, mempunyai profesi atau pekerjaan purna waktu (di luar jam kerja) dan hidup dari pekerjaan tersebut dengan mengandalkan suatu keahlian yang tinggi, mempraktikkan suatu keahlian tertentu atau dengan terlibat dalam suatu kegiatan tertentu yang menuntut keahlian. Disamping itu lansia yang profesional senantiasa mengejar kesempatan mengembangkan kualitas pengetahuan dan keterampilan serta memiliki komitmen terhadap profesi yang ditunjukkan dengan kebanggaan diri sebagai tenaga profesional, dan berusaha terus-menerus untuk mengembangkan kemampuan profesional. Berdasarkan Data Susenas Tahun 2022, Sekitar 80 % Lansia masih aktif di kegiatan-kegiatan sosial kemasyarakatan, dan sekitar 60% Lansia laki-laki masih bekerja mencari nafkah. Kondisi ini menunjukkan bahwa Lansia Indonesia masih berperan dari segi professional dan vokasional untuk mencapai derajat kemandirian dan kualitas hidup yang prima. Bagi Lansia, tidak ada kata terlambat untuk belajar, masih ada kesempatan kedua untuk berkarya dan mengembangkan profesi atau vokasi baru setelah pensiun Berbagai kebijakan untuk mewujudkan lansia tangguh yang SMART sudah diterapkan termasuk kebijakan lnternational. Seven Dimension of Wellness yang dikembangkan oleh International Council on Active Ageing ( ICAA ) yang intinya lansia perlu terus diintervensi (stimulasi) pada aspek spiritual, intelektual, vokasional/hobi, sosial, fisik/kesehatan, emosional, dan lingkungan. Indonesia akan menghadapi tantangan khusus karena proses penuaan yang cepat. Indonesia harus mampu mengantisipasi dan menempatkan proses penuaan sebagai tantangan khusus karena terjadi pada situasi tingkat pendapatan yang relatif rendah. (BKKBN, 2021) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia menyebutkan bahwa Asas peningkatan kesejahteraan lanjut usia adalah keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kekeluargaan, keseimbangan, keserasian dan keselarasan dalam perikehidupan. Dengan arah agar lanjut usia tetap dapat diberdayakan sehingga berperan dalam kegiatan pembangunan dengan memperhatikan fungsi kearifan, pengetahuan, keahlian, keterampilan, pengalaman, usia dan kondisi fisiknya serta terselenggaranya pemeliharaan taraf kesejahteraan. Selanjutnya dalam undang – undang tersebut juga disebutkan bahwa lanjut usia mempunyai kewajiban untuk: 1. Membimbing dan memberi nasihat secara arif dan bijaksana berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya, terutama di lingkungan keluarganya, dalam rangka menjaga martabat dan meningkatkan kesejahteraannya. 2. Mengamalkan dan mentransformasikan ilmu pengetahuan, keahlian, keterampilan, kemampuan dan pengalaman yang dimilikinya kepada generasi penerus. 3. Memberikan keteladanan dalam aspek kehidupan kepada generasi penerus.Hal ini mengandung arti bahwa lanjut usia secara sosial juga masih diharapkan peran sertanya dalam aspek sosial kemasyarakatan. Dalam dimensi profesional vokasional terdapat berbagai peluang bagi lansia untuk mengembangkan kemampuannya, antara lain : melakukan promosi kesehatan bagi masyarakat miskin, melakukan konseling gizi dan pendampingan kepada para Lansia lain untuk berperilaku hidup sehat, memberikan penyuluhan tentang hak-hak hukum bagi masyarakat, sebagai konsultan membangun jembatan atau jalan di desa atau bangunan lainnya, melakukan pengasuhan kepada anggota keluarga atau anak-cucu yang membutuhkan nasihat/teladan dan memerlukan pendampingan dalam melakukan kegiatan pribadi sehari-hari, sebagai mentor, sebagai guru, tenaga relawan sosial, dan kader kesehatan. Disamping itu, berbagai bidang usaha ekonomi produktif dapat dilakukan oleh lansia, antara lain: bidang pertanian dan peternakan, industri kecil/industri rumah tangga, serta perdagangan dan Jasa. Hal ini tentu saja disesuaikan dengan profesi, pengalaman, dan keahlian di bidang masing-masing. Dengan melakukan hal-hal sesuai dengan profesi di masa aktifnya dan tetap berguna pada saat lansia, maka lansia akan menjadi sehat, melawan pikun, bahagia karena merasa masih bermanfaat bagi orang lain. Peran Keluarga Lansia Untuk dapat mengembangkan kemampuan profesional dan vokasionalnya, kesehatan fisik dan mental menjadi faktor penting yang perlu diperhatikan pada lansia. Seseorang yang sudah memasuki masa lansia perlu menjaga kebugarannya. Perawatan jangka panjang ( Longterm Care LTC) merupakan pelayanan pada lanjut usia yang memerlukan pendampingan dan bantuan dalam memenuhi kebutuhan dasarnya sehari-hari akibat berkurangnya kemampuan fisik, mental dan/atau intelektual. Peran keluarga sangat penting dalam mendukung lansia menjaga kesehatan, kebugaran, aktifitas fisik dan stimulasi kognitif, pemenuhan gizi seimbang dan melakukan pemantauan kesehatan secara berkala, mendukung kehidupan sosial agar lansia dapat tetap berkarya. Seseorang yang telah mencapai fase integritas adalah orang yang bahagia, puas dengan kehidupannya ( di masa lalu maupun saat kini ), antusias menghadapi masa depan, merasa sehat, mandiri secara finansial maupun fisik, serta terus bekerja dengan kreatif seraya menikmati kegemaran ( hobi ). Bila gagal mencapai fase integritas maka seseorang terancam mengalami ‘despair’ yaitu merasa pesimis, kecewa, kesepian, apatis, dan tidak ada motivasi untuk berkegiatan. Jika kondisi ini berkelanjutan dapat mengakibatkan gangguan depresi yang menyebabkan semakin terisolasi tanpa kegiatan sama sekali. Demikian juga lansia, selain motivasi hidup dari dalam diri sendiri juga diperlukan dukungan dari lingkungan terutama keluarga serta sarana fasilitas yang menstimulasi lansia untuk berkegiatan. Bagi lansia yang merasa hidupnya sudah cukup, tidak mau beraktifitas lagi karena merasa sudah tuntas tugasnya, tidak punya teman sebaya, kita perlu melakukan berbagai upaya untuk mendorong mereka agar bergairah kembali dengan mengungkit makna hidup dan potensi yang dimilikinya. Hidup tanpa kegiatan dan rencana hari esok dapat menjurus pada kesepian dan perasaan hampa ( kosong ) yang dapat menghilangkan semangat untuk hidup. Rasa Bersyukur kepada sang pencipta serta menerima kenyataan hidup adalah kunci dari kebahagiaan. Jadi apapun yang terjadi, diharapkan supaya terus berkegiatan agar menjadi lansia yang produktif dalam karya dan dapat menikmati masa tua dengan senang. Dukungan keluarga sangat diperlukan dalam mewujudkan lansia tangguh dalam dimensi professional dan vokasional ini, antara lain sebagi berikut : 1. Mengembangkan potensi Lansia dengan selalu berupaya memberikan peluang, bimbingan, dan motivasi untuk membantu Lansia mengembangkan potensinya. 2. Lansia dapat diberdayakan untuk membantu mengembangkan usaha ekonomi keluarga antara lain dengan memanfaatkan kemampuan dan ketrampilan sesuai dengan minat Lansia. 3. Lansia dapat diberdayakan untuk membantu upaya penerapan penanaman nilai-nilai dalam 8 fungsi keluarga kepada anak dan cucu. Bina Keluarga Lansia (BKL) yang merupakan kelompok kegiatan (poktan) keluarga yang mempunyai lansia diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan keluarga lansia dan lansia itu sendiri untuk meningkatkan kualitas hidup lansia dalam rangka mewujudkan Lansia Tangguh. Kehadiran Poktan BKL diharapkan dapat memberikan kontribusi berupa meningkatkan kemampuan profesinal dan vokasional anggotanya. Pada sisi yang lain Kelompok BKL dapat menjadi ajang dalam Lansia mengembangkan dan memanfaatkan kemampuan profesional dan vokasionalnya. Daftar Pustaka Aswandi. 2021. Mencapai Prestasi Puncak di Usia Lansia. Berita Kampus, Lintas Pakar. Pontianak: FKIP UNTAN. Billi Lim. 2014. Dare to Fail. Berani Gagal, Terjemahan oleh Anthony Reza Prasetya. Jakarta: Ufuk Publishing House. DITHANLAN. 2021. Buku Panduan Sekolah Lansia di Kelompok BKL. Jakarta: Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. Martina Wiwie S. Nasrun. 2019. Memotivasi Lansia Agar Lebih Produktif. Jakarta: Departemen Psikiatri RSCM - FKUI PUSDIKLAT. 2023. Modul 10 Keluarga Lansia dan Lansia, Pelatihan Teknis Pusat Pelayanan Keluarga Sejahtera. Jakarta: Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. https://www.antaranews.com/berita/2211842/belajar-dari-misnar-lansia-yang-tetap-produktif-saat-usia-senja https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/rilis-media/20160529/5815019/lansia-sehat-lansia-aktif-mandiri-dan-produktif/ https://untan.ac.id/mencapai-prestasi-puncak-di-usia-lansia/ https://www.geriatri.id/artikel/263/memotivasi-lansia-agar-lebih-produktif
Isi naskah artikel yang dimuat pada Golantang seluruhnya menjadi tanggungjawab penulis atau di luar tanggungjawab panitia