Rasa takut adalah hal yang wajar dan umum, namun bisa menjadi masalah serius jika berlebihan dan tidak ditangani. Ada beberapa jenis ketakutan yang sering dialami oleh lansia, dipicu oleh berbagai perubahan fisik, psikologis, dan sosial yang terjadi seiring bertambahnya usia. 

Rasa takut itu anugerah. Tuhan memberikan perangkat di dalam otak kita yang bernama 'amigdala' yang salah satu fungsinya mampu mempersepsi rasa takut. Rasa takut ada untuk membuat kita waspada dan dapat mengambil sikap untuk bertahan hidup. Tidak penting apakah ancaman itu bersifat fisik nyata atau bersifat abstrak. Otak kita akan meresponnya secara sama.

Ketika amigdala di otak kita mempersepsi adanya ancaman, maka tanpa perlu kita fikirkan secara spontan, ia akan membunyikan “alarm bahaya” lewat jalur sistim syaraf, sebuah jaringan kabel yang mengirikan pesan secara elektrik supercepat ke seluruh tubuh kita. Ada dua sistim syaraf otonom yang bekerja secara berlawanan yang jaringannya terhubung ke seluruh organ tubuh kita :

  1.  Sistem syaraf simpatis yang memberi tahu tubuh kita kapan kita harus siaga tinggi,
  2.  Sistim syaraf parasimpatis, memberi tahu tubuh kapan harus relaksasi.

Kerja diantara kedua syaraf ini analog dengan gas dan rem dalam sebuah kenderaan. Saat kita tenang, keduanya bekerja saling dorong dan bertahan dalam sebuah harmoni keseimbangan yang ideal. Tapi saat kita stres, sistem syaraf simpatislah yang mengambil alih sebagai komandan. Saat tonus simpatis di paksa untuk distimulasi, maka terjadilah perubahan fisiologis yang amat dramatis di dalam tubuh kita. Kelenjar adrenal di atas ginjal akan melepaskan hormon stress yakni “adrenalin dan kortisol”. Kedua hormon ini menyebabkan denyut jantung semakin cepat dan meningkat jumlahnya, liver melepas gula ke dalam darah dan memberikan ledakan energi yang besar. Frekwensi nafas meningkat hingga terengah-engah rasanya, otot-otot menegang dan siap untuk beraksi melawan atau kabur.

Masalahnya, rasa takut yang awalnya masih bersifat produktif, karena durasi perlangsungannya berlangsung lama, maka akan terakumulasi dalam diri kita. Rasa takut menghadirkan stress. Stress dalam dosis “yang tepat” diperlukan dalam hidup. Hidup ini perlu “adrenalin”, tapi, tubuh kita sebenarnya tidak dirancang untuk menghadapi stress kronis yang berlangsung lama.

Ancaman bahaya yang menghidupkan fitur simpatis sesungguhnya diperuntukkan untuk menghdapi stress jangka pendek, dimana semua adrenalin yang dilepaskan untuk mengatasi keadaan penyelamatan diri “bertempur atau kabur” (FIGHT OR FLIGHT) dalam masa singkat.

Maka agar tubuh kita tidak selalu berada dalam "mode fight or flight" berkepanjangan atau bahkan mendekati permanen, perlu manajemen stress dan menyikapi persepsi ancaman secara bijak dan proporsional.

Tips Mengurangi rasa takut :

Sumber :
Cefas Urindo