Oleh: Anita Latifah
Penyuluh KB Ahli Madya Kabupaten Cianjur, Jawa Barat
Pernahkah terpikir, bahwa kita akan mengalami fase berusia lanjut? Apakah kita sudah mempersiapkan diri menjadi lansia yang bahagia ataukah akan menjadi lansia yang sengsara? Tentu ini adalah pilihan yang sudah kita tahu mana yang akan dipilih, tetapi apakah kita sudah mempersiapkan diri menjadi golongan dari lansia yang bahagia?
Saat ini, terdapat sebuah trend aplikasi yang memperkirakan wajah ketika kita berusia lanjut. Sebuah pengingat bahwa pada suatu ketika akan ada masa seseorang mengalami perubahan. Yang paling mudah terlihat adalah perubahan fisik, yang ditandai dengan menurunnya aktivitas fisik, menurunnya fungsi organ reproduksi, mudah lelah, pendengaran berkurang, penglihatan menurun, rambut memutih dan terjadi perubahan tekstur kulit cenderung keriput. Tetapi perlu disadari, tidak hanya terjadi perubahan fisik saja pada lansia. Perubahan emosional juga terjadi pada usia lanjut.
Dari sebuah penelitian menunjukan bahwa perubahan perilaku pada lansia yang muncul adalah bagian dari penurunan fungsi kognitif. Tubuh manusia akan mengalami penurunan fungsi termasuk dari aspek psikologis. Maka, tentu seseorang akan mengalami penurunan fungsi otak dan kognitif sesuai dengan berjalannya usia.
Jika kita merujuk pada tanda psikologis yang terganggu, maka terjadi perubahan-perubahan seperti ketakutan atau kegelisahan yang berlebihan, sehingga terjadi ketakutan, kecemasan, gugup, panik yang berlebihan. Selain itu terjadi juga perubahan suasana hati, masalah berpikir, perubahan tidur atau nafsu makan dan terjadi penarikan diri dari komunitas sebelumnya.
Hasil penelitian dari Ikawati (2013) menyebutkan bahwa terdapat korelasi antara pengisian waktu luang terhadap kebahagiaan lanjut usia . Pengaruh tersebut dapat dilihat dari besarnya sumbangan efektif variabel pengisian waktu luang terhadap variabel kebahagiaan lanjut usia yaitu sebesar 65,676 %. Hal tersebut menunjukkan bahwa masih ada faktor–faktor lain yang mempengaruhi kebahagiaan selain pengisian waktu luang yaitu sebesar 34,324 %. Pengaruh lainnya dapat dilihat dari besarnya sumbangan relatif untuk masing-masing variabel yaitu variabel kegiatan santai (4,567 %), variabel kegiatan sosial (14,580 %), variabel kegiatan kreativitas (0,037 %), variabel kegiatan rohani (2,242 %) dan variabel kegiatan sehari-hari (78,575 %). Dari sumber penelitian tersebut juga diinformasikan tentang hasil penelitian dari Monks, dkk (1998) yang menyebutkan bahwa apabila orang lanjut usia mampu menyelesaikan tugas-tugas perkembangannya dengan baik, maka akan merasa berhasil dalam hidup dan akhirnya timbul perasaan bahagia.
Penelitian Bonn (Monks, dkk: 1998) menemukan bahwa ada tujuh peran sosial yang apabila meningkat aktivitasnya pada masa lanjut usia maka akan meningkatkan kepuasan hidup lansia (optimum aging). Tujuh peran tersebut adalah hubungan dan perannya dalam keluarga terhadap kenalan, teman, tetangga, anggota klub, suami atau istri dan sebagai warga negara. Selain itu orang lanjut usia dituntut untuk menerima keadaan menurunnya segala kapasitas dirinya sebagai konsekuensi dari perjalanan hidupnya. Haditono, dkk (1988) juga telah meneliti adanya beberapa kebutuhan lanjut usia yakni kebutuhan seks, kebutuhan aktivitas, kebutuhan untuk mandiri (bagi yang tidak tinggal di panti), kebutuhan hubungan sosial dan kebutuhan perhatian, mereka juga menginginkan pada usia tua lebih mendekatkan diri pada Tuhan, dapat menjaga kesehatan dan berbuat baik bagi lingkungan.
Sebuah sumber menyatakan bahwa cara mengatasi gangguang mental pada lansia yaitu dengan memberikan makanan bergizi seimbang, mendorong untuk rutin berolahraga, membantu menciptakan suasana lingkungan yang positif, serta melatih untuk mengungkapkan perasaannya.
Berdasarkan data WHO, gangguan mental dan neurologis di kalangan lansia mencapai 6,6% dari total kecatatan untuk kelompok usia tersebut. Seseorang dapat dinyatakan memiliki kondisi kesehatan mental yang baik jika dalam keadaan tenang serta tentram yang menyebabkan orang tersebut dapat menikmati kehidupan sehari-hari serta dapat menghargai lingkungan kehidupan sekitarnya.
Jenis gangguan mental yang dapat terjadi pada lansia antara lain depresi, gangguan bipolar, kecemasan, demensia dan stress, perubahan nafsu makan, kebingungan atau diorientasi, gejala fisik yang tidak dapat dijelaskan, suasana hati yang tertekan, perubahan kebersihan diri, kehilangan minat beraktivitas, penyalahgunaan zat, perubahan tidur dan perasaan putus asa.
Penyebab perubahan kondisi psikologis dari lansia sangat beragam, Umumnya terjadi karena stress yang berkepanjangan. Adanya perubahan dalam hidup menjadi salahsatu faktor utama, antara lain pensiun, kehilangan melalui kematian anggota keluarga terdekat, penyakit fisik yang semakin memburuk dengan bertambahnya usia, efek obat-obatan yang dikonsumsi jangka panjang, dan merasa kesepian.
Jika kita merujuk pada hal tersebut diatas, maka salahsatu Program dari BKKBN yaitu berhubungan dengan penyiapan 7 dimensi lansia tangguh, yaitu salah satunya adalah dimensi emosional menjadi keharusan untuk dipersiapkan. Tidak ada satupun manusia yang tidak ingin bahagia. Bahagia itu kita yang ciptakan, begitupun menjadi lansia yang bahagia adalah proses yang harus kita rancang dari mulai sekarang sebagai satu perencanaan kehidupan. Sesuai dengan slogan BKKBN, berencana itu keren, maka berencana untuk menjadi lansia yang bahagia itu pasti keren.
*dikutip dari berbagai sumber
Isi naskah artikel yang dimuat pada Golantang seluruhnya menjadi tanggungjawab penulis atau di luar tanggungjawab panitia