“Bapak pulang sholat jum’at pakai sandal orang,”

“Bapak pingin badminton, padahal ini jam 12 malam,”

“Bapak pipis di kamar tidur,”

“Bapak hilang, sudah dua hari tidak pulang”

Demikianlah cerita keseharian ibu X, seorang perempuan yang harus merawat bapaknya yang menderita demensia.

 

Demensia  adalah   suatu   kondisi  medis   berupa  kemunduran beberapa fungsi otak  seperti  mengingat,  berbicara, berfikir, berperilaku dan  melakukan berbagai pekerjaan. Demensia ditandai dengan  gangguan  daya  ingat, daya  pikir,  daya  orientasi, daya pemahaman,  berhitung,  kemampuan  belajar,  berbahasa, kemampuan  menilai, kebingungan  dan   menurunnya kemampuan untuk  mengambil keputusan, sehingga  terjadinya perubahan sifat dan  perilaku seseorang. Jika tidak  ditangani, gejala demensia akan menjadi semakin buruk dan  mengganggu kegiatan keseharian seseorang.

Demografi Demensia Alzheimer di Indonesia dengan sample data kebanyakan di pulau Jawa dan Bali, prevalensinya mencapai lebih dari 20% . Prevalensi penyakit demensia Alzheimer di Indonesia sekitar 27.9% , dan lebih 4.2 juta penduduk Indonesia menderita demensia. Sedang data global menunjukkan 50 juta individu menderita demensia di seluruh dunia.

Dengan prevalensi sekitar 4-9% pada individu berusia diatas 60 tahun, diprediksi akan terjadi peningkatan jumlah penderita demesia hingga 152,8 juta individu pada tahun 2050. Peningkatan terutama disebabkan karena peningkatan usia harapan hidup pada negara dengan pendapatan yang rendah dan sedang.

Penderita demensia membutuhkan bantuan untuk  menjalankan kehidupan kesehariannya  dan   perawatan yang  teratur. Penyakit yang  dapat  menyebabkan kematian ini  hanya bisa  diperlambat perkembangannya  melalui  obat-obatan namun  tidak  bisa disembuhkan secara total.  Oleh karena itu,  penting untuk  segera melakukan deteksi dini  kepada spesialis saraf ketika  menemukan gejala-gejala demensia.

Sepuluh (10) Gejala Umum Penderita Demensia

1) Gangguan Daya Ingat

Sering    lupa   kejadian  yang    baru   saja  terjadi,   lupa   janji, menanyakan dan  menceritakan hal  yang  sama berulangkali, lupa tempat parkir dimana (dalam frekuensi yang tinggi).

2) Sulit Fokus

Sulit  melakukan aktifitas pekerjaan sehari-hari,  lupa  cara memasak,  cara   mengoperasikan  telpon,   handphone,  tidak dapat   melakukan  perhitungan  sederhana,  bekerja   dengan waktu yang lebih lama  dari biasanya.

3) Sulit Melakukan Kegiatan familiar

Seringkali sulit untuk merencanakan atau menyelesaikan tugas sehari-hari,     bingung   cara     mengemudi,   sulit     mengatur keuangan.

4) Disorientasi

Bingung  akan   waktu   (tanggal,  hari-hari   penting),   bingung dimana mereka berada, dan bagaimana mereka sampai disana, tidak tahu jalan pulang kembali ke rumah.

5) Kesulitan Memahami Visio Spasial

Sulit  untuk  membaca,  mengukur jarak,  membedakan  warna, membedakan  sendok   atau   garpu,   tidak   mengenali  wajah sendiri  di cermin,  menabrak cermin,  menuangkan air di gelas namun  tumpah dan tidak tepat penuangannya.

6) Gangguan berkomunikasi

Kesulitan  berbicara  dan   mencari    kata   yang   tepat   untuk menjelaskan suatu  benda,  seringkali berhenti di tengah percakapan dan bingung untuk melanjutkannya.

7) Menaruh barang tidak pada tempatnya

Lupa  dimana meletakkan sesuatu,bahkan kadang curiga  ada yang mencuri atau menyembunyikan barang tersebut.

8) Salah membuat keputusan

Ciri  paling  menonjol   lain   pada   penderita   demensia ialah berpakaian tidak  serasi. Sebagai contoh,  penderita  demensia bisa  menggunakan kaos  kaki berwarna  merah  di kiri dan kaos kaki  berwarna   biru  di  kanan   tanpa   merasa  ada   masalah. Penderita demensia  pun  cenderung  tak  bisa   merawat   diri sendiri  dengan baik.  Di samping itu, penderita  demensia tidak dapat  memperhitungkan pembayaran dalam berinteraksi sehingga kerap  memberikan  jumlah   uang  yang   jauh   lebih banyak dari jumlah  yang seharusnya dibayarkan.

9) Menarik diri dari pergaulan

Tidak  memiliki semangat  ataupun inisiatif untuk  melakukan aktifitas atau  hobi  yang   biasa  dinikmati, tidak  terlalu bersemangat untuk pergi bersosialisasi.

10) Perubahan Perilaku dan Kepribadian

Emosi    berubah    secara  drastis,    menjadi  bingung,  curiga, depresi,   takut  atau   tergantung berlebihan kepada anggota keluarga, mudah kecewa,  marah,  dan putus  asa baik di rumah maupun dalam pekerjaan.

 

Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Menghadapi Orang dengan Demensia

1) Penderita bukan “tidak mengerti apa-apa” tetapi dapat dipikirkan bahwa mereka melawan rasa cemas, bingung, kesepian.

2)  Memahami dan memikirkan latar belakang dari perilaku lawan bicara, misalnya lawan bicara tiba-tiba marah, hal tersebut bisa dikarenakan penderita tidak memahami apa yang kita katakan.

3) Tidak menyangkal, meskipun tidak sesuai dengan kenyataan karena penderita akan semakin bingung sehingga hubungan saling percaya dengan carework/ caregiver akan berkurang bahkan rusak.

4) Tidak memarahi penderita, karena perasaan tidak menyenangkan akibat dimarahi akan diingat.

5) Berbicara pelan-pelan, karena penderita demensia tidak dapat memahami pembicaraan sehingga adakalanya menambah kebingungan.

6) Pergunakan kata-kata yang sederhana dan mudah dimengerti oleh  penderita, dan ada kalanya penderita akan mudah memahami apabila menggunakan logat ataupun bahasa daerah.

7)  Penderita demensia  sangat  peka,  oleh  karena  itu  careworker/   caregiver  harus memperhatikan:  kebersihan  gigi dan mulut,   badan,  dan menghindari  aroma  yang menyolok.

 

Cara Berkomunikasi dengan Penderita Demensia

1) Memperkenalkan diri

2) Memanggil namanya

3) Berbicara dari sebelah depan, sejajar dengan mata

4) Berbicara perlahan,  dengan kalimat pendek dan suara  jangan terlalu keras/pelan

5) Menggunakan bahasa yang mudah  dimengerti dan sederhana, singkat dan jelas

6) Jangan memotong pembicaraan

7) Hindari suara  lain yang bisa mengganggu pembicaraan

8) Bersikap ramah dan bersahabat pada  lansia

9) Jangan tunjukkan  kebingungan

10) Katakan apa yang ingin anda  lakukan pada  lansia

11) Jangan mengagetkan atau mengolok-olok lansia

12) Gunakan bahasa tubuh/ isyarat

13) Memperhatikan/mengenali bahasa verbal dan non verbal.

 

Tips Berkomunikasi dengan Lansia yang Demensia

1)       Perhatikan bahasa tubuh dan sikap kita terhadap lansia.

Sebagai contoh  gerakan yang   menunjukkan keresahan  atau  ekspresi wajah   yang tegang dapat   menyebabkan kekecewaan ataupun stres,  dan  menyulitkan tahapan komunikasi selanjutnya.

2) Agar  dapat  meraih  perhatian seseorang, kurangi hal-hal yang mengalihkan dan suara,  dan  terapkan  kontak  mata  dengan lansia. Usahakan untuk  berinteraksi pada tingkat pandangan mereka agar ekspresi kita tampak jelas  bagi  lansia.

3) Berikan pilhan-pilihan yang mudah. Pertanyaan diberikan  satu per satu, pertanyaan dengan jawaban iya atau tidak lebih disukai.

4) Tanda-tanda serta  pancingan secara visual dapat  membantu meningkatkan pemahaman mereka.

5) Jangan  berdebat atau meningkatkan volume suara. Berdebat  atau  berteriak akan meresahkan lansia.

6) Dengarkan menggunakan telinga, mata dan hati. Usahakan untuk mencari  arti serta perasaan yang mendasari perkataan lansia.

Demensia memang tidak bisa disembuhkan tapi bisa dikontrol supaya tidak semakin cepat kerusakannya. Jangan maklum dengan demensia, mari terus belajar dan mencegahnya.

 

*) Tagline Komunitas Alzaimer Indonesia

 

Sumber :

https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/2819/mengenal-demensia-alzheimer#:~:text=Prevalensi%20penyakit%20demensia%20Alzheimer%20di,menderita%20demensia%20di%20seluruh%20dunia.

Panduan Pendampingan Perawatan Jangka Panjang Berbasis Keluarga, BKKBN 2023

Laman FB RSJD dr. Arif Zainudin Surakarta : https://www.facebook.com/watch/?v=1231862697316362

Isi naskah artikel yang dimuat pada Golantang seluruhnya menjadi tanggungjawab penulis atau di luar tanggungjawab panitia