Hari Lanjut Usia Internasional diperingati setiap tanggal 1 Oktober. Tahun 2022 ini PBB mengangkat tema: Ketahanan Lansia di Dunia yang Berubah (Resilience of Older Persons in a Changing World). 

Tema ini diambil mengingat kejadian pandemi COVID-19 telah memperburuk ketidaksetaraan. Salah satu yang terdampak adalah lansia pada berbagai bidang, terutama pada bidang sosial ekonomi, lingkungan, kesehatan dan perubahan cuaca, hal ini terutama dialami oleh lansia perempuan. Diskriminasi berdasarkan usia dan gender memperumit ketidaksetaraan baru dan yang sudah ada, termasuk stereotip negatif yang menggabungkan ageisme dan seksisme. 

Tema yang diambil oleh badan dunia/PBB kali ini bermaksud untuk mengingatkan kita akan peran penting lansia dalam melintasi tantangan global serta berkontribusi selama masa pandemi. Selain itu, tema ini juga berfungsi untuk merangkul lansia, terutama lansia perempuan, yang telah menunjukkan ketahanan dan kontribusi mereka dalam masyarakat. 

Kita tengok kembali sejarah Hari Lansia Internasional, yang digagas pada tanggal 14 Desember 1990, dimana Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa menetapkan 1 Oktober sebagai Hari Lanjut Usia Internasional (resolusi 45/106). Hal ini didahului oleh inisiatif seperti Rencana Aksi Internasional Wina tentang Kelanjutusiaan, yang diadopsi oleh Majelis Dunia tentang Kelanjutusiaan tahun 1982 dan disahkan akhir tahun itu oleh Majelis Umum PBB. 

Untuk pengetahuan kita bersama bahwa komposisi penduduk dunia telah berubah secara drastis dalam beberapa dekade terakhir. Antara 1950 dan 2010, usia harapan hidup di seluruh dunia meningkat dari 46 menjadi 68 tahun. Secara global, ada 703 juta orang berusia 65 tahun ke atas pada tahun 2019. Wilayah Asia Timur dan Tenggara adalah rumah bagi jumlah lansia terbesar (261 juta), diikuti oleh Eropa dan Amerika Utara (lebih dari 200 juta). 

Selama tiga dekade berikutnya, jumlah lanjut usia di seluruh dunia diproyeksikan menjadi lebih dari dua kali lipat, mencapai lebih dari 1,5 miliar orang pada tahun 2050. Peningkatan tercepat dalam jumlah lanjut usia diperkirakan terjadi di Afrika Utara dan Asia Barat, meningkat dari 29 juta pada tahun 2019 menjadi 96 juta pada 2050 (meningkat 226 persen). 

Diprediksi, negara-negara kurang berkembang akan menjadi rumah bagi lebih dari dua pertiga penduduk dunia dalam kategori lansia (1,1 miliar) pada tahun 2050. Peningkatan tercepat diproyeksikan terjadi di negara-negara kurang berkembang, di mana jumlah orang berusia 65 tahun ke atas dapat meningkat dari 37 juta pada 2019 menjadi 120 juta pada 2050 (225%).

Sumber :
Center for Ageing and Family (CEFAS) URINDO