Usia Lanjut ditandai dengan kemampuan sel-sel otak akan terus menurun sehingga dapat mengakibatkan rendahnya daya ingat pada Lansia. Gangguan tersebut dalam Bahasa medis disebut Dimensia, atau Bahasa sederhana Pikun. Demensia[1] adalah kondisi penurunan kemampuan berpikir dan ingatan seseorang yang umumnya terjadi pada lansia (usia 65 tahun ke atas). Kondisi ini dapat memengaruhi gaya hidup, aktivitas sehari-hari, dan kemampuan bersosialisasi penderitanya. Oleh karena itu, Pentingnya bagi keluarga untuk memperhatikan dengan mencintai lansia agar terhindari dari dimensia.
Hal ini didukung dari Penyataan World Health Organization (WHO) yang dikutip Pada Website https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/dementia yang diterbitkan pada Tanggal 15 Maret 2023, ada beberapa fakta yang mengejutkan perihal Dimensia, Yaitu:
- Saat ini lebih dari 55 juta orang menderita demensia di seluruh dunia, lebih dari 60% di antaranya tinggal di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah. Setiap tahunnya, terdapat hampir 10 juta kasus baru.
- Demensia disebabkan oleh berbagai penyakit dan cedera yang mempengaruhi otak. Penyakit Alzheimer adalah bentuk demensia yang paling umum dan berkontribusi pada 60-70% kasus.
- Demensia saat ini menduduki peringkat ketujuh penyebab kematian dan salah satu penyebab utama kecacatan dan ketergantungan pada lansia secara global.
- Perempuan merupakan kelompok yang paling banyak terkena demensia, baik secara langsung maupun tidak langsung. Perempuan mempunyai tahun hidup dan angka kematian akibat demensia yang disesuaikan dengan kecacatan yang lebih tinggi, namun mereka juga memberikan 70% jam perawatan bagi penderita demensia.
Beberapa pengobatan yang dianjurkan oleh para dokter [2] untuk mengurangi gejala-gejala demensia adalah sebagai berikut:
- Inhibitor kolinesterase: Obat untuk meningkatkan zat kimia asetilkolin yang berguna menunda gejala Alzheimer agar tidak semakin memburuk.
- Memantine: Obat untuk menunda munculnya gejala kognitif dan perilaku pada orang dengan Alzheimer sedang atau berat.
- Terapi perilaku: Bertujuan menekan perubahan perilaku yang tidak terkendali.
- Terapi kognitif: Bertujuan menstimulasi daya ingat, serta meningkatkan kemampuan berbahasa dan memecahkan masalah.
- Terapi okupasi: Bertujuan mengajarkan cara melakukan aktivitas secara aman.
[1] Ashfiya, A. (2024). Pentingnya Vitamin D Bagi Lansia Penderita Dimensia. Revitalisasi Kesehatan: Jurnal Kesehatan dan Keperawatan, 1(1), 42-52.
[2] https://www.siloamhospitals.com/informasi-siloam/artikel/apa-itu-demensia
Isi naskah artikel yang dimuat pada Golantang seluruhnya menjadi tanggungjawab penulis atau di luar tanggungjawab panitia